Senin, 23 November 2009

GURU BERKARAKTER PROFETIK SEBAGAI SOLUSI MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA


Peran Guru SD Dalam Pembentukan Karakter Siswa
Guru adalah profesi yang mulia. Guru juga sosok yang sopan, berwibawa, dan kharismatik. Begitulah sosok guru yang melekat pada masyarakat, sehingga masyarakat mempercayakan putra-putrinya untuk dididik agar menjadi manusia yang bermoral dan dapat dibanggakan nantinya. Tak terkecuali guru SD yang diharapkan dapat mendidik generasi penerus bangsa menjadi manusia berintelektual tinggi, berkarakter, dan tentu saja bermoral. Semua itu tidak akan tercapai apabila sang pendidik (guru) tidak memiliki karakter seorang pendidik, dimana karakter pendidik adalah watak seorang guru untuk mendidik dengan baik sesuai dengan jiwa seorang pendidik. Karakter pendidik tidak begitu saja muncul secara tiba-tiba. Melainkan karena adanya kebiasaan-kebiasaan individu yang tercipta karena proses yang cukup lama sehingga lambat laun akan membentuk karakter seorang pendidik.
Dengan adanya karakter seorang pendidik maka diharapkan guru SD dapat mendidik para siswanya menjadi manusia yang mempunyai moral dengan cara memberikan contoh perilaku yang baik sesuai dengan karakter jati diri bangsa Indonesia. Menurut Piaget Anak usia 7 sampai 11 tahun adalah masa operasional kongkrit. Dimana anak usia tersebut masih sulit memahami hal-hal yang abstrak, anak usia tersebut belum mengerti mana yang baik dan mana yang buruk, yang mereka lakukan masih sekedar meniru tingkah laku orang lain yang ada di sekeliling mereka, salah satunya adalah guru mereka. Sehingga peran guru SD dalam membangun karakter siswa sangatlah besar. Apa yang dilakukan guru akan selalu diperhatikan para siswa, baik tingkah laku sehari-hari didalam kelas maupun diluar kelas. Guru adalah seorang panutan para siswa, guru bahkan menjadi barometer/tolak ukur masyarakat luas. Sehingga sudah seharusnya seorang guru mempunyai karakter profetik agar para siswanya menjadi intelektual – intelektual profetik yang dapat mengangkat moral bangsa.
Peradaban Inspiratif hanya dapat dibangun oleh Sang Guru Peradaban Berkarakter Profetik. Karena orang-orang yang cerdas akan terinspirasi oleh orang yang punya gagasan. Orang-orang yang punya gagasan akan terinspirasi oleh orang-orang yang punya pandangan jauh ke depan. Dan orang-orang yang punya pandangan jauh ke depan akan terinspirasi oleh orang-orang berkarakter kuat yaitu karakter Profetik (Sujono dalam Peradaban Inspiratif, Guru Berkarakter Profetik)
Guru Yang Berkarakter Profetik
Profetik berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan (Kuntowijoro dalam Pendidikan Profetik).
Guru yang berkarakter profetik adalah guru yang dapat menciptakan generasi-generasi penerus Bangsa yang bermoral dan berkarakter kuat yaitu karakter profetik. Guru yang berkarakter Profetik juga guru yang mampu membebaskan para siswanya dari bayang-bayang degradasi moral bangsa yang sekarang ini semakin memprihatinkan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang mampu membebaskan umat manusia dari jaman jahiliyah menuju jaman pembebasan, jaman yang terang benderang, jaman yang penuh damai dan kebahagiaan sehingga tercipta masyarakat yang madani. Begitu juga seorang guru yang berkarakter profetik diharapkan mampu membebaskan anak-anak bangsa dari jaman jahiliyah saat sekarang ini (kejahiliyahan amoralitas) menjadi masyarakat yang madani, bermoral, dan berkarakter profetik yang mematuhi peraturan hokum yang ada, nilai-nilai serta norma-norma sehingga dapat menjujung tinggi jati bangsa Indonesia yang bermartabat di mata dunia.
Kehadiran para Nabi adalah untuk menegakkan nilai moral, dan perjuangannya tersebut diwariskan pada para ulama dan para pejuang agama lainnya. Misi para Nabi yang membebaskan manusia dari penindasan, keterbelakangan, kehidupan yang penuh intrik dan manipulai itulah yang perlu ditegakkan. Dengan kekuatan kepribadiannya, Nabi mampu melakukan revolusi sosial dari masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islamiyah yang damai, maju dan bermartabat, sehingga disegani oleh seluruh kekuatan dunia seperti Romawi, Persia, India dan Abesinia. Misi profetik itulah yang semestinya dikembangkan oleh umat Islam dewasa ini. (Abdul Mun’im DZ dalam Nabi Membawa Pembebasan www.nu.or.id).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar